Tentang membuang sampah sembarangan,berkendara tanpa helm, dan Pilkada DKI

Akhir desember kemarin, saya pulang ke kota asal saya, Medan (setelah 2 tahun tidak pulang). Rasanya cukup senang dan antusias bisa kembali ke kota tempat saya dibesarkan ini. Bertemu ibu dan kakak juga keluarga dekat yang lain. Berziarah ke makam Bapak, melihat Danau Toba dari Simalem, juga sempat ke Tangkahan. Satu hal yang wajib tentunya adalah berkeliling kota berburu makanan khas kota 1001 ketua ini. Banyak makanan enak, mulai dari durian, lontong sayur, kwetiaw goreng “Acek Botak”, mie aceh, bika ambon, dan seterusnya. Mengenai mie aceh dan bika ambon, ini sedikit aneh juga. Jika ada pertanyaan, “Sebutkan 2 makanan favorit di Medan” lalu ada yang menjawab “Mie aceh titi bobrok dan bika ambon”. Ke Medan, makan mie aceh, dan buah tangannya bika ambon… “Di Jogja makanan favoritnya apa ya bro?” “Udah coba rawon bro? atau sate padang?” Begitulah kira – kira…

Read the rest of this entry

Ada yang salah

Dalam banyak momen foto dimana saya ikut terlibat, sedikit sekali momen –seingat saya– dimana saya cukup antusias untuk difoto, atau berperan sebagai objek foto. Yang paling saya ingat hanya ketika saya sedang di kedalaman laut, berfoto bersama ikan – ikan dan terumbu karang. Bukan momen yang cukup tepat untuk menjadi objek foto sebenarnya, mengingat keterbatasan gerak, nihil kemungkinan untuk komunikasi verbal, dan objek lain di sekitar yang jauh lebih berharga untuk di foto :). Selebihnya, saya tidak terlalu berharap, atau lebih tepatnya biasa – biasa saja dengan urusan foto. Hati saya malah lebih bahagia, jika saya yang mengambil peran sebagai juru foto.

Read the rest of this entry

About Footballer Career

The Next Pele

The Next Pele

Saya mulai mengikuti berita sepakbola sejak berusia sekitar 6 tahun, di era Brehme mencetak gol pinalti di final piala dunia Italia, Denmark menjadi kejutan di Piala Eropa 1992, Trio Swedia di Piala Dunia USA 1994, dan dream team AC Milan. Jadi sekarang tingkatnya sudah adiktif akut. Sepanjang itu pula, saya mengikuti banyak cerita perjalanan karir pemain sepakbola. Ada yang lancar – lancar saja, banyak yang naik turun, tidak sedikit juga yang naik tinggi lalu kemudian turun dan tidak pernah naik kembali. Bahkan ada yang selesai begitu saja, hilang sebelum sempat naik.

Read the rest of this entry

Tele, The Astonishing Hills

Ada banyak tempat keren di Indonesia. Tiap daerah, mungkin punya tempat luar biasa. Bukan mungkin sih, tiap daerah pasti punya. Banyak yang mendapat bintang 5 di situs perjalanan wisata, tidak sedikit juga yang namanya saja hampir tidak dikenal.

Salah satu yang masih belum mendapat exposure yang layak itu adalah Tele, di Pangururan, perbatasan Pulau Samosir.

18 Tahun hidup di Medan, dari usia anak kecil bisa berjalan, sampai umur 18 tahunan, hampir selalu rutin berwisata ke Danau Toba, tapi belum pernah 1 kali pun saya mendengar cerita keindahan tempat bernama Tele ini. Cerita tentang danau Toba selalu berkisar di Danau Toba, Parapat, dan Pulau Samosir. Itu saja, belum ada ada cerita seperti apa Tele. Padahal tempatnya masih di sekitaran Pulau Samosir dan merupakan akses keluar dari Pulau Samosir menuju ke daratan Sumatra.

Read the rest of this entry

Taka Bonerate : The long and stormy (yet wonderful) trip

Kenapa akses ke hampir semua tempat indah di Indonesia itu susah? Jawabannya mungkin : Karena jalan ke surga memang pasti susah…

Raja Ampat, Wakatobi, Ambon, dan banyak lagi.. Susah secara kondisi alam dan juga akses.

“The traveler sees what he sees. The tourist sees what he has come to see.”
― G.K. Chesterton

Libur lebaran lalu, saya sebenarnya sudah menyiapkan plan untuk pulang ke Medan, travelling seputaran Sumatra Utara. Tapi karena cuti tidak di approve (karena alasan tidak ikut merayakan lebaran hehe) maka rencana berubah dan waktunya juga sangat mepet karena Travel Notification cuti di reject hanya beberapa hari sebelum libur lebaran.

Pilihan pertama untuk menghabiskan libur lebaran adalah di Makassar dan sekitarnya.. Sebagai traveler sejati (hayaah hayaahh..) Mal, Losari, Trans Studio tidak saya masukkan ke dalam daftar tujuan. Saya memilih yang lebih menantang dari itu hehehe… setelah diskusi, juga konsultasi dengan Google, saya memutuskan untuk pergi ke Toraja (utara Makassar) dan setelahnya langsung putar haluan ke selatan, tepatnya ke Taka Bonerate

Tulisan ini akan bercerita tentang Taka Bonerate. Taman Nasional luar biasa di Selatan Sulawesi

Read the rest of this entry

Bad news is good news

Turut berduka cita untuk semua korban QZ8501. Semoga semua diberi tempat yang indah di sana, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan keikhlasan…

QZ8501…

Menurut pendapat pribadi saya, berita kecelakaan Air Asia di stasiun tv dan media sudah terlalu berlebihan. Secara kuantitas dan isi berita.

KPI menegur Stasiun TV karena selama 1 hari -live- menyiarkan berita gembira hajatan Raffi Ahmad dan Nagita. Seharusnya KPI juga menegur stasiun TV karena menyiarkan berita buruk yang sama, berhari – hari..

Sudah berita buruk, berhari – hari…

Saya bukan ingin menganggap sepele kecelakaan Air Asia. Tidak sama sekali. Tetapi kita juga jangan bersikap seakan – akan tidak ada korban kecelakaan di alat transportasi lain, setidaknya selama 11 hari terakhir ini. Data resmi dari Kepolisian, ada 25.157 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2013. Artinya, ada 69 korban setiap harinya.

Jadi selama 11 hari, terhitung dari tanggal 28 Desember, sudah ada 758 orang meninggal dunia akibat kecelakaan. Do we know about this? May be. Do we care? I don’t think so…

Selama 11 hari, Kemenhub sudah mengeluarkan 13 Milyar untuk pencarian korban dan pesawat Air Asia

13 milyar = 219 rumah untuk pengungsi erupsi Sinabung. Artinya, 684 orang pengungsi (Orangtua dan anak anak) bisa mendapat tempat berteduh yang layak.

Rumah itu memang akhirnya dibangun, setelah 1 tahun lebih di pengungsian. Butuh instruksi Presiden untuk membuat komplek rumah untuk para pengungsi. Selama 1 tahun itu, belasan orang meninggal dunia di pengungsian.

Lagipula, jika di tayangkan setiap hari, ber jam – jam, apakah keluarga korban akan merasa lebih tenang? lebih ikhlas?

Alangkah jahatnya, menjadikan kecelakaan Air Asia serupa drama reality show

Bad news is good news.

For them, not for me

Pray for Air Asia

24 jam di Toraja

Teman, selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin. Semoga pintu maaf dibuka untuk semua kesalahan, dan berkah semakin berlimpah untuk kita semua, amiiinn…

Teman, kemana anda menghabiskan libur lebaran? Mudik ke kampung halaman? Atau mungkin ke Bali karena ditinggal pembantu yang mudik jadi ikut liburan juga, atau malah ke luar negeri?

Pilihan saya sedikit berbeda. Saya memilih mengunjungi wisata kematian hehehe…. sedikit lebay, tapi benar. Saya pergi ke Toraja, yang kita tahu terkenal dengan wisata kuburan dan hal – hal menarik seputar kematian..

Toraja terletak di Sulawesi Selatan, sekitar 320km dari kota Makassar. Banyak bus dengan tujuan Rantepao (Toraja Utara) dari Makassar, dengan waktu tempuh sekitar 7 – 8 jam perjalanan. Untuk urusan transportasi, akomodasi atau informasi lainnya tidak terlalu sulit dicari, keyword wisata toraja di google akan memberikan banyak sekali informasi yang kita butuhkan. Untuk akomodasi coba cari di tripadvisor. Saya memesan hotel lewat website tersebut dengan harga cukup bersahabat, dan hotelnya juga cukup baik. Oya nama hotelnya adalah pison hotel, dekat dengan pusat kota Rantepao.

Peta Toraja

Peta Toraja

Read the rest of this entry

Mari memilih…

Saya kurang pintar menulis tentang politik. Tapi sampai kemarin saya membaca tweet salah seorang teman “gak penting bahas debat capres, mending bahas bola aja”.

Bulan ini seharusnya menjadi bulan terbaik bagi kita di Indonesia. Kita menikmati 3 pesta secara bersamaan. Pesta demokrasi, pesta bola dan pesta pahala, ibadah. Untuk pesta sepakbola dan ibadah puasa sudah cukup jelas. Masing – masing kita menjalankan dengan sukacita. Setiap negara kebagian dukungan dari kita. Ambon dan Papua fanatik Belanda, pecinta Maldini atau Juve menjadi pendukung Itali, fans Messi akan memihak Argentina, (dan) bahkan Kosta Rika pun tiba – tiba ada pendukungnya 🙂

Nah pertanyaan yang muncul di kepala saya, “Kenapa masyarakat bisa lantang mengatakan dukungan kepada tim sepakbolanya, dan tidak kepada calon presidennya?”

Mungkin ini beberapa alasan yang muncul.

Read the rest of this entry

Mari ke Jayapura…

Seperti kebanyakan orang, saya sangat senang menikmati keindahan alam, belajar dan berbaur dengan budaya yang unik dan baru. Maka saya merasa beruntung ketika mendapat kesempatan dari kantor untuk berdinas di Jayapura, Papua selama hampir 1,5 tahun. Bekerja di Jayapura, berkantor di Makassar. Jadi setiap bulan, terkadang 2 kali dalam sebulan, melakukan perjalanan udara Jayapura – Makassar. Jayapura adalah kota yang indah, mungkin salah 1 yang paling indah di Indonesia. Tulisan tentang  jayapura pernah saya post sebelumnya disini

“Apabila kau ragu untuk menjelajahi negrimu  Perjalanan pesawat tak makan waktumu, kecuali Papua hanya setidurmu”

Begitu kata Pandji di lagunya, Lagu Melayu Yup, waktu tempuh dari Makassar ke Jayapura adalah 4 jam, dan sekitar 6 jam dari Jakarta. Lama? Ya. Itulah kenapa saya akan bercerita mengenai pengalaman naik pesawat, dan yang lebih penting seberapa pantas perjalanan ini ditempuh. Karena kalau perjalanan hanya 1 jam via darat pasti ceritanya tentang naik bis travel hehe..

Jadwal penerbangan waktu itu hanya ada 2 kali, jam 1.15 dini hari dan jam 9 pagi, Jadwal favorit adalah pergi di malam hari , tiba pukul 7 pagi di Bandara Sentani. Kenapa? Pertama, karena saya lebih suka bergadang untuk menunggu daripada bangun pagi pergi ke bandara hehe. Kedua, Karena jika kita naik garuda, tidur di dalam pesawat adalah aktifitas yang cukup nyaman untuk dilakukan. Ukuran kursi yang sesuai dengan ukuran pinggul dan panjang kaki saya, ada inflight entertainment untuk menemani menyambut kantuk (jika menonton just for laugh kemungkinan besar malah menjadi segar kembali), dan favorit saya adalah disediakan selimut sebagai penghangat tidur hehe.

Flight to Jayapura

Flight to Jayapura

Read the rest of this entry

Pergi, ke wakatobi… (catatan bagian 2)

Krik krik.. krik krik…

Ke Wakatobi Desember 2012, blog update nya Juli 2013. Waktu berlalu begitu cepat, pemirsa… (Ente aja yang males update dul!)

Oke dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada pembaca setia yang sudah menunggu – nunggu catatan bagian ke 2 perjalanan ke wakatobi ini, saya mohon maaf yang sebesar – besarnya, dikarenakan satu – satu nya hal (ya, hanya satu, tidak ada ‘dan lain hal’, yaitu hal males update blog) kenikmatan anda membaca menjadi terganggu. Setelah postingan ini saya berjanji akan lebih rutin lagi mengupdate setiap cerita yang saya punya. (Ngomong ke cermin, pembaca blog ya hanya diri sendiri)

Oke untuk mempersingkat waktu, mari meneruskan cerita yang tertunda selama kurang lebih 6 bulan ini.

Tomia, hari ke 2..!

Kami semua bangun lebih cepat dari biasanya hari itu, pukul 5 pagi. Kenapa? Tentu bukan karena alarm peringatan tsunami, tetapi karena malam sebelumnya kami sudah membuat janji dengan Dr. Yudi untuk berburu sunrise di spot – spot bagus di seputaran pulau Tomia. Ini penawaran khusus dari si Dokter, mungkin karena kami cukup berkesan di perkenalan pertama sehingga dia memberikan extra service hehehe…

Sunrise Tomia

Sunrise Tomia

Read the rest of this entry

halaman kecil untuk kehidupan yang lebih baik

apapun yang terpikirkan oleh manusia

Anthology 12

You know my name, look up the number... (The Beatles)

Noisy Pilgrims

Incredible Photography from India

Good Humored

by Paprika Furstenburg